Perjalanan hari itu dimulai setelah rapat usai. Manusia-manusia bermodal nekat ini beranjak meninggalkan sekretariat menuju terminal bus terdekat di kota kami.
Tidak banyak bekal yang kami bawa untuk perjalanan singkat ini. Cukup keberanian yang tidak seberapa, dan ekspektasi seluruh anggota yang sudah lebih dari cukup untuk membuat diri ini merasa sedikit ragu.
Tapi perjalanan memang tetap harus berlanjut. Karena kepercayaan tidak bisa dirusak begitu saja.
Empat orang delegasi dari UKM Pers & Sastra USI berangkat meninggalkan kota sore itu. Diiringi dengan doa bersama ketika di terminal.
Mereka berharap bekal yang satu itu bisa menghantarkan kami selamat sampai tujuan. Tapi ternyata, perjalanan memang tak selalu semulus itu.
Sekitar menjelang pukul lima sore, bus baru benar-benar beranjak meninggalkan terminal. Membawa seluruh penumpang bersamanya, termasuk kami.
Bahkan, dengan menjadi penumpang pun tidak dapat membuat kami tenang dan menikmati perjalanan seperti kebanyakan penumpang lainnya.
Di menit-menit awal, kami disibukkan dengan pengisian formulir peserta pelatihan jurnalistik tingkat dasar. Belum lagi masalah sinyal yang membuat suasana kian riuh. Beruntung hal tersebut tidak berlangsung lama.
Tak berselang lama, bus ini harus terjebak macet di Pabatu bersama beberapa kendaraan lainnya yang berjejer sepanjang jalan.
Akibat hal tersebut, perjalanan terpaksa tertunda selama beberapa saat. Ini bukan hal yang menyenangkan. Tidak sama sekali. Asal kalian tahu saja, menunda perjalanan berarti menunda kedatangan.
Kemacetan tadi benar-benar berdampak untuk waktu perjalanan. Yang dimana kami seharusnya bisa sampai lebih cepat dari waktu yang sudah diperkirakan. Tapi, sebaiknya jangan berekspektasi lebih untuk kali ini. Karena kami tidak akan pernah sampai tepat waktu.
Waktu itu matahari sudah mulai tenggelam sepenuhnya. Tak menyisakan seberkas cahaya jingga pun di langit kota. Bus memasuki gerbang tol tepat ketika langit sudah mulai gelap seutuhnya.
Hanya lampu-lampu disepanjang jalan dan lampu dari kendaraan lain saja yang mampu membantu pengelihatan kami pada saat seperti ini.
Beruntung meski macet, kami berhasil sampai ke Sekretariat LPM TEROPONG Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara sebelum jam 10 malam.
Sehingga gerbang Kampus UMSU belum sempat tertutup. Walaupun sebenarnya kami sempat panik karena supir bus itu menurunkan kami di tempat pemberhentian lain sebelum tempat pemberhentian tujuan kami.
Beberapa anggota TEROPONG menyambut kami di sekretariat malam itu. Mungkin tidak sampai separuh dari total keseluruhan. Lagi pula sudah malam. Singkat cerita, malam itu kami habiskan untuk saling berkenalan dan makan malam.
Hingga pukul dua belas lewat kami kembali ke kos salah satu anggota. Dengan maksud untuk menumpang di sana selama acara berlangsung.
Tak banyak cerita yang bisa kami dengar dari mereka. Mengingat semua orang terlihat sibuk dengan tugasnya masing-masing selama acara. Sehingga kecil kesempatan untuk bertukar cerita dengan mereka.
Kalaupun ada, itu hanya satu atau dua. Meski tak bisa bertukar cerita dalam jangka waktu lama, setidaknya ada ilmu dari yang kami dapatkan.
Tidak melulu harus dengan mendengar. Amati dan pahami, itu adalah cara lain yang kami lakukan untuk meniru gaya kerja mereka yang kelihatannya jauh lebih baik daripada kami.
Tidak bisa dipungkiri memang kalau mereka sudah jauh berada di atas kami dalam hal apa pun terkait bidang jurnalistik.
Terutama soal kesadaran para anggota. Dan yang membuatkan makin terkesan adalah cara kerja mereka yang benar-benar terstruktur.
Tampaknya di sini memang minim akan orang-orang yang mencoba untuk lari dari tanggung jawab. Bahkan semester tua pun tak jadi halangan untuk tetap melanjutkan roda organisasi ini.
Alih-alih banyak bertanya, kami malah cenderung banyak mengamati.
Meski sudah sewajarnya jika seorang wartawan untuk bertanya dan mengeksplor lebih. Tapi menurutku, kami hanya tidak siap untuk berjalan lebih jauh. Kami hanya tidak memiliki keberanian yang cukup besar seperti mereka.
Tapi rasaku, ini bukan akhir dari segalanya. Melainkan awal dari kisah bangkitnya SAMUDERA seperti yang semua orang mau.
Reporter: Dian Dipa Pratiwi