Media sosial, dalam berbagai bentuknya, telah menjadi bagian integral dari kehidupan kalangan mahasiswa termasuk di Universitas Simalungun, bagi sebagian besar mahasiswa, media sosial bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga sumber informasi, hiburan, dan bahkan pengaruh dalam gaya hidup sehari-hari.
Maya Purba mahasiswa semester 7 Prodi Manajemen, bilang bahwa Facebook dan TikTok adalah platform yang paling sering ia gunakan.
“Banyak hal menarik di dalamnya, termasuk pelajaran yang bisa diambil,” ujar Maya.
Ia juga bilang bahwa media sosial telah mendorongnya untuk melakukan berbagai pembelian, mulai dari celana, makanan, hingga buku.
“Saya pernah membeli produk-produk itu karena melihatnya di media sosial,” tambahnya.
Selain berbelanja, Maya sering mengikuti tren yang muncul di media sosial karena dirasa tertarik, mendapatkan likes di postingannya juga memberikan kepuasan tersendiri baginya.
Namun, Maya menyadari bahwa penggunaan media sosial telah mengurangi interaksi langsungnya dengan orang-orang di sekitar.
“Karena media sosial, saya lebih jarang berkomunikasi dengan orang di sekitar,” ungkapnya.
Ia juga mengakui bahwa media sosial sering kali membuatnya lupa waktu, sehingga mengganggu produktivitas akademisnya.
Tasya Azhari, mahasiswa semester 3 Prodi Akuntansi, juga merasakan dampak penting dari media sosial.
“Saya sering membeli produk seperti baju, celana, tas, bahkan makanan yang saya lihat di Facebook atau Instagram,” katanya.
Tren K-Pop pernah begitu mempengaruhinya, hingga ia belajar bahasa Korea dan menirukan tarian Blackpink.
“Senang rasanya ketika postingan saya mendapat banyak ‘likes’, itu membuat saya merasa postingan saya bagus dan ada yang peduli,” ujarnya.
Sama seperti Maya, Tasya juga mengakui bahwa media sosial membuatnya lebih jarang berinteraksi secara langsung.
“Mungkin jadi makin jarang karena kebanyakan waktu dihabiskan di kamar, terutama kalau sudah nonton Drakor,” katanya.
Meski begitu, Tasya merasa media sosial memudahkan dalam mencari informasi.
Di samping itu Indah Pasuni, mahasiswa semester 3 Prodi Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), berbagi pengalaman serupa.
“Saya lebih sering berkomunikasi di sosial media daripada di dunia nyata,” ungkapnya.
Indah mengaku pernah merasa canggung bertemu seseorang di dunia nyata karena interaksi yang sebelumnya terjadi di media sosial.
“Media sosial sering kali membuat saya menunda pekerjaan atau tugas kuliah karena terlalu fokus pada hp,” jelasnya.
Indah juga menyadari dampak negatif media sosial terhadap fokusnya saat belajar.
“Saya pernah mengatur waktu penggunaan media sosial supaya tidak ketergantungan,” ujarnya.
Reporter : Elvira