Beberapa hari ini setelah viralnya poster “All Eyes on Rafah” di media sosial, banyak masyarakat Indonesia yang mulai menggunakan poster “All Eyes on Papua”.
Diketahui poster ini menjadi salah satu media untuk mendapatkan perhatian seluruh masyarakat Indonesia terkait hutan Papua yang disebut akan menjadi lahan perkebunan sawit.
Isu ini menuai ribuan dukungan positif dari para masyarakat. Salah satunya adalah Dedek Zulkarnai, seorang mahasiswa jurusan ekonomi pembagunan, semester dua.
“Para warga memang harus memiliki rasa solidaritas yang kuat terhadap permasalahan sosial yang sedang terjadi negara Indonesia ini, apalagi itu dihadapi oleh saudara di dalam negeri sendiri,” ungkap Dedek pada Jumat (7/6/2024).
Dilansir dari laman https:/www.greenpeace.com masyarakat adat Suku Awyu di Boven Digoel, Papua Selatan, dan Suku Moi di Sorong, Papua Barat Daya, kedua suku tersebut sedang mengajukan gugatan hukum untuk melawan pemerintah dan perusahaan sawit demi mempertahankan hutan adat mereka. Persoalan tersebut sudah sampai pada gugatan dari kedua pihak di mahkamah agung.
Senada dengan Enjelika mahasiswa jurusan manajemen semester dua, ia mengatakan bahwasanya masyarakat Papua juga harus diperlakukan adil dan tidak di nomerduakan.
“Justru fokus mengejar ketertinggalan dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia, termasuk mengejar ketertinggalan dari Pulau Jawa,” katanya pada Jumat (7/6/2024)
Menurutnya pemerintah harus meratakan perekonomian di sana, bukan hanya perekonomian juga sektor teknologi dan transportasi. Dan ketetapan tersebut harus benar-benar tepat sasaran. Sebab Papua merupakan daerah yang masih susah dijangkau, karena tidak meratanya kebijakan pemerintah.
Reporter : Anisa