Pemadaman Lampu Hambat Mobilisasi Masyarakat

Pemadaman Listrik secara bergilir di Sumatera Utara sejak Selasa (4/6/2024) hingga Rabu (5/6/2024) timbulkan berbagai keluhan khususnya bagi masyarakat Pematangsiantar.

Dikutip dari kompas.com Manajer Komunikasi dan TJSL, PLN Unit Induk Distribusi Sumsel, Jambi, dan Bengkulu (UID S2JB), Iwan Arissetyadhi mengatakan, penyebab listrik Sumatera padam karena gangguan jaringan transmisi saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) 275 kV Lubuklinggau-Lahat, Selasa sekitar pukul 11.00 WIB.

Namun demikian, pemadaman listrik yang terjadi diberbagai daerah cukup mengganggu aktivitas mereka terutama bagi warga menggunakan listrik setiap saat khususnya di Pematangsiantar.

Seperti yang di alami oleh Sumanto Sinaga (44), sebagai pedangan warung kelontong di Desa Simbolon Tengkoh, Kabupaten Simalungun.

Ia mengatakan bahwa padam listrik menyebabkan turunnya pendapatan. Ikan yang tidak lagi segar karena tidak bisa di masukkan kedalam freezer jadi kurang bagus karena kulkas mati, di tambah dagangan ice cream yang menjadi cair sehingga tidak ada yang ingin membelinya menimbulkan kerugian bagi dirinya.

“Saya sebagai pedangan kelontong, pasti ada keluh kesah nya yang saya rasakan terutama penghasilan penjualan yang menurun, contoh nya kaya ikan yang seharusnya di dalam freezer atau kulkas agar selalu segar, jadi kurang bagus karna kulkas mati,sehingga ikan tidak fresh, jadi banyak masyarakat yang mengeluh dan akhir nya tidak jadi membeli ikan,” katanya.

“Dan saya juga ada menjual ice cream, itu juga membuat saya rugi kalau sering mati lampu seperti ini, es jadi cair semua jadi banyak anak anak yang tidak jadi membelinya karna sudah meleleh,” tambah nya lagi.

Tak jauh berbeda dengan Sumanto, Suhendra (37), bekerja sebagai jasa pengiriman paket ( JNT EXPRESS) juga turut merasakan sulit nya ketika lampu sedang mati.

” Saya sebagai kurir paket merasa sangat terhambat saat bekerja, apalagi kalau ada paket yang belum di scan atau di delivery pasti sulit karena kalau sudah mati lampu otomatis jaringan pun tidak ada, jadi memperlambat pekerjaan juga,” keluh Suhendra saat di wawancara.

Suhendra hanya berharap semoga PLN memperbanyak lagi kinerjanya, dan lebih banyak membuka lowongan pekerjaan agar lebih bertahap dalam melaksanakan tugas.

Selain para pekerja maupun pedagang , keluhan tentang mati lampu juga banyak dirasakan oleh masyarakat, terutama untuk masyarakat pedesaan yang masih belum memiliki genset di setiap rumah.

Bahkan ada juga masyarakat yang lebih memilih mati lampu disiang hari dari pada di malam hari.Seperti kata Berlin.

” Menurutku, kalau pun memang mau dimatikan secara bergiliran untuk pedesaan seperti kami ini mau nya dimatikan mulai dari jam 10 pagi sampai jam 4 sore aja, setelah itu dihidupkan lagi karena karena dikampung kami lebih banyak kegiatan di malam hari, apalagi untuk kami para pekerja ladang ini, untuk menghilangkan rasa capek kan kalo bisa nonton tv la dulu,” kata Berlin Saragih.

“Apalagi dirumah kami ada 3 anak sekolah pasti tiap malam belajar dan ngerjakan PR, kalau mati lampu kan jadi susah mereka belajar,” tutup nya.

Lain hal dengan Mawardi Brutu (62), ia justru lebih mengkhawatirkan terjadinya aksi kejahatan seperti pencurian di malam hari karena kondisi yang gelap.

“Yang saya takutkan kalau terlalu sering mati lampu jadi banyak maling, mereka jadi memanfaatkan mati lampu untuk mencuri lembu atau kambing, yang pastinya sangat merugikan masyarakat,” katanya.

Ia juga berharap agar PLN secepatnya memperbaiki masalah pada lampu, karena menurutnya jika lampu terus terusan mati pasti sangat menggangu masyarakat terutama dalam melaksanakan sholat, wirit dan kegiatan lain nya.


Reporter : Hana & May

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WeCreativez WhatsApp Support
Hubungi Tim Samudera, agar segera meliput!
Halo sobat Samudera....