Aksi kawanan geng motor belakangan meresahkan masyarakat. Selain jatuhnya para korban, aksi kelompok yang digandrungi para remaja itu juga membuat masyarakat merasa takut. Aksi kawanan geng motor itu pun mendapatkan sorotan dari kalangan mahasiswa.
Seperti yang disampaikan Riski Irwanda (25) salah seorang warga Siantar menurutnya yang tergabung dalam komunitas motor. Menurutnya kelompok geng motor sudah sangat meresahkan warga dalam melakukan kejahatan.
“Saya ikut komunitas CBR150 komunitas ini bertujuan untuk menambah silaturahmi membangun wawasan, menambah kekeluargaan tidak membuat keonaran para anggota komunitas berasal dari luar kota,” katanya.
Ia juga mengatakan keresahan membuat dirinya terkadang was was jika ingin keluar rumah. Apalagi bila di atas jam 10 malam dengan tekanan yang mengharuskan warga keluar untuk membeli makanan ataupun bekerja di jam malam.
“Sepantasnya jika pihak pemerintah saja yang bertugas untuk mengantisipasi dan memantau langsung di tempat kejadian pada malam hari yang rawan geng motor,” sambungnya.
Sama halnya dengan Lintas Nahampun (40) bapak tiga anak yang setiap berdagang telur keliling. Dia merasakan keresahan dengan adanya geng motor jalanan.
Saya pedagang yang mengantar kepada pembeli sampai ke daerah terpencil yang jauh dari kampung saya mestinya lebih mengkhawatirkan seperti biasanya saya pulang jam 8 atau 9 malam dengan mengendarai sepeda motor dengan santai,” katanya.
Kebanyakan anggota geng motor sendiri dari kalangan remaja yang dimana merupakan masa pencarian identitas.
Samuel Tobing mahasiswa semester IV juga mengaku resah dengan maraknya geng motor yang terjadi akhir-akhir ini.
“Seperti hal nya para karyawan Supermaket hingga minimarket menimbulkan jadwal pulang yang terganggu sampai para ojek online pun sepi orderan dan saya merasa kasihan,” tutur Samuel Tobing.
“Tidak hanya pihak masyarakat saja yang harus berlindung tetapi para pihak kepolisian juga lebih bertanggung jawab dalam menjaga ketertiban dan ketenangan masyarakat dalam menuntaskan geng motor jalanan,” tambahnya.
Selaras dengan itu, Doni Siallagan (24) mahasiswa asal Siantar meminta agar pihak kepolisian harus memberi tindakan sebab sangat meresahkan masyarakat.
Ia berharap agar petugas yang berwenang lebih tegas dan memberi sanksi yang sesuai dengan aturan hukum ada.
“Menimbulkan kericuhan dan akibatnya fasilitas umum di sekitar daerah rumah saya hancur itulah sebabnya gemot sendiri sangat berdampak negatif dan buruk apalagi harus lebih hati-hati buat seluruh keluarga kita,” tutur Doni.
Reporter Yessi & Nur