Baru-baru ini, marak pemberitaan mengenai aksi geng motor di berbagai wilayah salah satunya di kota Pematangsiantar.
Maraknya geng motor di siantar yang meresahkan warga mendapat perhatian dari akademisi Universitas Simalungun. Pasalnya hal-hal yang mereka lakukan mengakibatkan kerugian bagi korban dan juga aktivitas masyarakat.
Usia remaja yang masih labil membuat mereka cenderung mudah terpengaruh untuk mengikuti hal-hal yang tidak baik untuk mereka.
Liharman Saragih dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Simalungun mengatakan bahwa hal yang pertama yang mempengaruhi tingkah laku para pelaku berawal dari rumah.
Ia mengungkapkan peran pendidikan baik secara formal dan informal sangat mempengaruhi perilaku para remaja khusus mereka yang masih usia sekolah.
“Pendidikan itu bisa dikatakan 24 jam di rumah, kalau pendidikan formal hanya 8 jam sisanya 16 jam, seperti makan dan tidur maupun aktivitas lain nya di rumah,” jelasnya
Kurang nya pendidikan yang didapat dari di rumah karna sibuknya orang tua membuat interaksi antara anak dan orang tua tak berjalan.
Hal tersebut menjadikan waktu si anak tersebut lebih banyak di luar seperti nongkrong, bermain dan di warnet jadi pendidikan di rumah tersebut hilang.
“Interaksi antar orang tua dan anak lah yang paling berpengaruh terhadap si anak, akhirnya terbentuklah karakter anak tersebut dari luar bukan dari orang tuanya,” tambahnya
Menurut tanggapan Liharman sendiri ia kurang memperhatikan gimana perkembangan remaja saat ini.
Namun sebut dia, selain kenakalan remaja, banyak juga sebenarnya para remaja yang bersikap baik dan memiliki potensi diri.
Karena itu pemerintah melalui sekolah dan dinas terkait harus melihat potensi potensi para remaja untuk menghindari kenakalan remaja saat ini.
“Tetapi kita juga tidak boleh salah berfikir, mungkin saja ini sebagian dari remaja yang tidak bagus, tetapi perlu kita ketahui juga masih banyak remaja yang memiliki potensi, tetapi karna ada dua atau tiga orang yang memiliki sifat seperti ini,” tutupnya.
Reporter: Hana, Mai