Ketika keadilan masih menjadi mimpi bagi sebagian orang di Indonesia, di situlah ketidakpastian masih ada pada keluarga korban ketidakadilan. Dari kasus-kasus pembunuhan tak terpecahkan hingga pelanggaran hak asasi manusia yang belum mendapat keadilan, negara ini masih dihadapkan pada tantangan besar dalam mencapai sistem hukum yang adil bagi semua.
Dari beberapa kasus tersebut, berikut ini adalah deretan kasus yang masih di perjuangkan keadilan nya.
1. Kasus kematian Akseyna Ahad Dori
Akseyna Ahad Dori (Ace) adalah mahasiswa UI yang ditemukan meninggal pada Maret 2015 lalu di Danau Kenanga Universitas Indonesia (UI), depok, Jawa Barat.
Semula, kematiannya dianggap sebagai kasus bunuh diri karena terdapat surat wasiat yang ia tinggalkan di kamar indekost nya. Namun, polisi merasa ada kejanggalan pada tulisan yang berbeda dengan tulisan Ace, dan juga ditemukan beberapa luka memar dan sepatu yang rusak akibat diseret.
9 Tahun berlalu, namun kasus tersebut belum terselesaikan, pelaku masih belum terungkap. Tahun ini, BEM UI menununtut Rektor UI dan Polres Depok agar kasus kematian Akseynadi usut tuntas.
2. Kasus Pelanggaran HAM Tragedi Trisakti
Tragedi Trisakti adalah peristiwa yang terjadi pada 12 Mei 1998, peristiwa ini menewaskan 4 mahasiswa Trisakti yang saat itu sedang melakukan aksi demontrasi yang menuntut reformasi dan lengsernya Soeharto. Elang Mulia Lesmana, Heri Hartanto, Hendriawan Sie, dan Hafidin Royan, tewas akibat terkena tembakan dari aparat yang berjaga.
Hingga saat ini keluarga korban masih menuntut keadilan dengan menggelar aksi kamisan di depan Istana Presiden.
3. Tragedi Semanggi I
Tragedi Semanggi I terjadi pada 13 November tahun 1998 di Jakarta, di mana pasukan keamanan membubarkan demonstrasi mahasiswa yang memprotes Sidang Istimewa DPR/MPR dan menolak Dwifungsi ABRI di kawasan Semanggi. Saat itu korban tewas mencapai 17 orang warga sipil terdiri dari berbagai kalangan, dan ratusan korban luka tembak, dan terkena benda tumpul. Lima orang di antaranya adalah mahasiswa, yakni Teddy Mardani, Sigit Prasetya, Engkus Kusnadi, Herus Sudibyo, dan BR Norma Irmawan atau Wawan.
Meskipun kasus pelanggaran HAM pada Tragedi Semanggi I telah ditindaklanjuti melalui jalur hukum dengan menghukum pelaku di lapangan, serta dibentuknya Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Peristiwa Semanggi I dan Semanggi II, upaya untuk mengusut siapa “mastermind” yang seharusnya paling bertanggung jawab pada tragedi tersebut masih belum membuahkan hasil, sehingga orang-orang tersebut tak pernah dibawa ke meja hijau.
Salah satu orang tua korban (Wawan) yaitu, Sumarsih masih menuntut keadilan untuk hilangnya nyawa sang putra. Sumarsih aktif dalam aksi Kamisan di depan Istana Presiden sejak 17 Tahun yang lalu.
4. Kasus Hilangnya Widji Thukul
Wiji Thukul, seorang penyair Indonesia yang dikenal karena karyanya yang kritis terhadap rezim otoriter pada era Orde Baru. Dia aktif dalam gerakan mahasiswa dan buruh, serta menjadi suara bagi mereka yang tertindas.
Namun, karena syairnya yang kritis, sang penyair lenyap pada 10 Januari 1998. Ia diyakini menjadi korban dari Operasi Mantap Jaya yang dilakoni oleh Tim Mawar Kopassus.
Meskipun telah berlalu lebih dari dua dekade, nasibnya masih menjadi tanda tanya besar, dan upaya untuk menemukan keberadaannya terus dilakukan oleh keluarga, teman-teman, dan para pencinta sastra di Indonesia.
5. Kasus Kematian Munir
Munir Said Thalib adalah seorang aktivis Hak Asasi Manusia yang terkenal sangat berani dan kritis. Selama menjadi aktivis, Munir mengkritik keras pelanggaran HAM yang dilakukan militer Indonesia di Timor Timur, Aceh, dan Papua, termasuk keterlibatan TNI dalam pengedaran narkoba dan penebangan hutan liar di lokasi konflik tersebut.
Ia juga pendiri Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), lembaga yang bergerak di bidang Hak Asasi Manusia.
Saat itu, Munir yang hendak melanjutkan pendidikannya ke Belanda harus rela kehilangan nyawanya di dalam pesawat dengan nomor penerbangan GA-974 dari Jakarta menuju Belanda. Tepatnya pada tanggal 6 September 2004, saat dalam perjalanan ke Belanda, ia tiba-tiba merasa sakit perut setelah minum jus jeruk di pesawat Garuda Indonesia yang transit di Singapura. Meskipun mendapat pertolongan dari seorang dokter di pesawat, Munir meninggal dunia saat pesawat berada pada ketinggian 40.000 kaki di atas Rumania pada 7 September 2004.
Meskipun ada tersangka yang diadili dan dihukum, banyak yang mempertanyakan apakah semua pihak yang terlibat dalam konspirasi itu benar-benar diungkap dan dihukum. Selain itu, ada ketidakjelasan terkait motif sebenarnya di balik pembunuhan Munir dan siapa yang sebenarnya mendapat manfaat dari kematiannya. Hampir dua dekade berlalu, namun dalang dibalik kematian Munir masih menjadi misteri.
6. Noven
Andriana Yubella Noven Cahya adalah siswa SMK Bogor yang ditemukan tidak bernyawa dengan bersimbah darah di gang Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, pada 7 Januari 2019.
Dari pantauan CCTV terlihat saat itu Noven berjalan menuju rumah kosnya, ia tak menyadari bahwa seorang pria telah menunggunya. Ketika keduanya berpapasan, pria tersebut langsung menusukkan sebilah pisau ke dada Noven, meninggalkannya terkapar di gang.
Lima tahun telah berlalu, kejelasan tentang kasus ini belum juga menemui titik terang.
7. Kasus Kematian Vina dan Eki
Kasus kematian Vina dan Eki kembali ramai diperbincangkan setelah film yang diadaptasi dirilis.
Pada 26 Agustus 2016, sekitar pukul 22.00 WIB di Cirebon, Jawa Barat, Eki (16) membonceng Vina (16) dengan motor. Saat mereka melintas di depan SMPN 11 Cirebon, segerombolan geng motor tiba-tiba mengikuti mereka dan melempari pasangan tersebut dengan batu.
Meskipun berusaha menghindari, Eki dan Vina akhirnya terpepet karena geng motor membawa bambu dan terus mengejar mereka. Mereka Jatuh di Jembatan Kepongpongan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, mereka bersama teman saat itu, namun teman mereka berhasil kabur. Setelah jatuh, geng motor membawa mereka ke sebuah tempat sepi di depan SMPN 11. Di sana, Vina diperkosa. Kemudian, mereka dibunuh. Kebengisan geng motor ini belum berakhir, karena mereka masih berusaha merekayasa kematian Eki dan Vina sebagai kecelakaan lalu lintas.
Dari hasil penyelidikan polisi, ditemukan ada 11 pelaku, dengan 7 orang pelaku di hukum penjara seumur hidup dan 1 orang 8 Tahun penjara karena pada saat itu ia dibawah umur, sedangkan 3 pelaku utama masih menjadi buronan saat ini.
Reporter: NaiyaÂ