Generasi Z Indonesia menghadapi berbagai problematika di era digital, salah satunya adalah ketergantungan pada teknologi. Dampak dari ketergantungan pada perangkat digital dapat mencakup masalah kesehatan mental, seperti kecanduan online dan gangguan tidur, serta kesulitan dalam mencapai keseimbangan antara kehidupan offline dan online.
Selain itu, privasi dan keamanan data juga menjadi permasalahan serius bagi Gen Z. Mereka harus berhadapan dengan tantangan seputar privasi dan keamanan data di dunia maya, terutama dalam penggunaan media sosial yang rentan terhadap penyalahgunaan data pribadi.
Tidak hanya itu, hoaks dan hate speech juga menjadi problem lain yang dihadapi Generasi Z Indonesia. Mereka rentan terhadap dampak negatif dari hoaks dan hate speech yang dapat mempengaruhi pola pikir dan interaksi mereka.
“Menurut saya pengaruh Gen Z saat ini sangatlah berbahaya jika kita menyalahguna kan nya. Contohnya kita lihat saja seperti orang tua saat ini yang sampai lupa dengan waktu, sangkin asiknya bermain handphone, mereka lupa anak,keluarga dan lainya. Bukan hanya itu, anak muda yg bermain judi melalui game online,melihat situs-situs yang terlarang dan lain lainya,”terang Nova Enjelina saat diwawancarai langsung.
Problematika yang dihadapi Gen Z Indonesia. Dengan popularitas media sosial dan kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain, banyak Gen Z Indonesia merasa tertekan untuk mencapai standar kecantikan yang ditampilkan di platform tersebut. Hal ini dapat berdampak negatif pada self-esteem mereka.
Korelasi antara Gen Z Indonesia dan kesadaran akan kesehatan mental sangat erat, dan penting untuk memberikan perhatian, pada masalah-masalah ini. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang problematika yang dihadapi oleh Gen Z, kita dapat memberikan dukungan dan bantuan yang mereka butuhkan untuk menjaga kesehatan mental mereka.
Kelebihan Gen Z Indonesia terletak pada adaptabilitasnya yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dan teknologi. Mereka mampu beradaptasi dengan cepat dan fleksibel terhadap perkembangan zaman yang terus berubah. Selain itu, mereka juga memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi, mendukung mereka dalam menciptakan solusi baru yang inovatif.
Ketertarikan Gen Z Indonesia pada isu-isu global juga patut diacungi jempol, karena mereka aktif terlibat dalam isu lingkungan dan hak asasi manusia, mendorong perubahan sosial yang positif.
Namun, kekurangan Gen Z Indonesia terletak pada ketergantungan mereka pada teknologi. Potensi ketergantungan berlebihan tersebut dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Selain itu, Gen Z Indonesia juga mengalami kesulitan dalam mempertahankan komitmen dalam jangka panjang, baik dalam hubungan pribadi maupun karier. Pendekatan terhadap pekerjaan mereka juga cenderung untuk mencari pekerjaan yang bermakna secara pribadi dan sosial, yang dapat mengakibatkan kurangnya ketahanan terhadap pekerjaan rutin.
Gen Z menjadi generasi yang menjalani terapi jauh lebih banyak dibandingkan kelompok usia lainnya. Berdasarkan survei American Enterprise Institute pada 2023, angka pertumbuhan remaja yang mendatangi psikolog terus meningkat.
Seperti dikutip dari American Survey Center, lebih dari satu dari empat Gen Z dewasa (27 persen) melaporkan bahwa mereka menghabiskan setidaknya sebagian masa remajanya untuk konsultasi dengan terapis. Persentase ini lebih banyak dibandingkan 20 persen generasi milenial yang pernah berbicara dengan terapis selama masa remajanya.
“5 Masalah Paling Umum yang Sering Dihadapi Gen Z Menurut Psikolog”
1. Gangguan Kecemasan
Menurut data yang diterbitkan Deloitte pada Maret 2023, hampir setengah -46%- Gen Z yang disurvei mengatakan bahwa mereka hampir selalu merasa cemas dan stres di tempat kerja. Kecemasan sering kali disebabkan oleh penghindaran dan keraguan diri.
2. Tekanan untuk Mendapat Pekerjaan
Menurut Alyssa Mancao, terapis dan pendiri Alyssa Marie Wellness, banyak Gen Z yang mengalami stres dan ketidakpastian mengenai karier yang ingin mereka kejar.
“Meskipun upah pekerjaan sama dengan tahun lalu, biaya hidup telah meningkat, sehingga Gen Z mengalami tekanan semakin besar untuk tidak hanya mencari pekerjaan yang menguntungkan secara ekonomi tetapi juga memuaskan secara mental dan emosional,” katanya, seperti dilansir Huffington Post.
3. Keraguan Saat Dihadapkan pada Banyaknya Pilihan
Banyak Gen Z yang kesulitan dalam mengambil keputusan, entah itu karena ragu-ragu, atau takut membuat pilihan yang salah. Dengan semakin banyaknya pilihan yang tersaji di hadapan mereka, akan menjadi sulit untuk mempersempit semuanya dan memilih salah satunya.
4. Imej Tubuh
“Ada kecenderungan yang konsisten dari klien Gen Z yang mengemukakan masalah mengenai citra tubuh dan perasaan tidak layak,” kata Alyssa.
Isu imej tubuh menjadi perhatian Gen Z, mengingat maraknya media sosial yang membuat terpapar pada tipe tubuh ‘ideal’ yang dipandang oleh masyarakat. Seringkali, melihat standar kecantikan yang dianggap dapat diterima secara sosial dapat membuat seseorang mempertanyakan harga dirinya.
5. Stres Menemukan Pasangan yang Cocok
Banyak masalah hubungan romantis yang sering diangkat oleh Gen Z di ruang terapi. Entah itu rasa gugup saat mengajak seseorang kencan, atau sekadar mencari tahu gaya ketertarikan pasangan. Rata-rata mereka kesulitan mendapatkan pasangan yang bisa satu frekuensi.
Ia menambahkan, kunci membangun hubungan yang sehat bukanlah fokus pada label, melainkan memberi pengertian dan komunikasi satu sama lain.
Dari banyak analisis, para ahli menyatakan bahwa Gen Z memiliki sifat dan karakteristik yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Generasi ini dilabeli sebagai generasi yang minim batasan (boundary-less generation). Ryan Jenkins (2017) dalam artikelnya berjudul “Four Reasons Generation Z will be the Most Different Generation” misalnya menyatakan bahwa Gen Z memiliki harapan, preferensi, dan perspektif kerja yang berbeda serta dinilai menantang bagi organisasi.
Karakter Gen Z lebih beragam, bersifat global, serta memberikan pengaruh pada budaya dan sikap masyarakat kebanyakan. Satu hal yang menonjol, Gen Z mampu memanfaatkan perubahan teknologi dalam berbagai sendi kehidupan mereka. Teknologi mereka gunakan sama alaminya layaknya mereka bernafas.
“Gen Z sangat berpengaruh terhadap setiap inci kehidupan. Artinya jika kita menyalahgunakan tekhnologi, maka Gen Z yang ada pada kita ,maka hal itu lah yang akan merusak diri kita. Contohnya banyak remaja yang menghabiskan waktunya untuk membuka berbagai macam sosial media sehingga melupakan kewajiban nya,” ujar KN saat diwawancarai langsung.
Generasi lebih muda terbiasa mengekspresikan keinginan untuk hal-hal yang bersifat kebaruan termasuk pada bidang pekerjaan yang sifatnya lebih menantang.
“Kalau saya sih, dampak Gen Z bagi saya banyak sekali ya,karena bisa memudahkan saya dalam berbisnis online,”ungkap Tia (19) menambahi .
Reporter: Eliani, Gemi, Regina, Shelly, Reza
Perkembangan zaman di era dizital ini sangat berdampak bagi kehidupan manusia dalam melaksanakan kegiatan setiap hari.
Banyak sekali konten- konten yang beraneka ragam di media sosial, yang membuat para pengguna nya kecanduan, sehingga lupa waktu baik di pekerjaan maupun di keluarga.
Kevin(18) mengatakan bahwa waktu yang digunakan di media sosial merupakan hal yang berdampak bagi kesehatan dan sekolah nya. Ia menyarankan untuk setiap pengguna teknologi supaya apa yang dia alami tidak terjadi bagi pengguna nya.
Teknologi banyak sekali membantu di kehidupan kita setiap hari nya, akan tetapi teknologi juga dapat merusak kita. Dan teknologi tidak dapat disalahkan, justru kita yang menggunakan nya yang salah dalam cara pemakaian nya, sehingga menyalah gunakanya.
“Yaa itu sih sekarang pintar – pintar kita aja dalam menggunakan nya, kalo bisa hal yang bersifat negatif nya tidak usah kita lakukan ambil manfaat positif nya saja dalam menggunakan teknologi, ” Ujar Bapak L. S( 50 )
Namun, mereka belum memiliki keterampilan dan kepercayaan diri yang mumpu untuk mengelola ketidakpastian lingkungan yang sering kali terjadi sehingga cenderung menjadi lebih cemas. Ini semacam mematahkan asumsi yang selama ini terbangun bahwa menjadi penduduk asli digital (digital native), artinya melengkapi kekurangan dari karakteristik generasi sebelumnya, melalui keterampilan yang lebih adaptif dan inovatif dalam mengatasi situasi ketidakpastian. Dasar yang dikemukakan dalam penelitian ini cukup beralasan.
“Saya sendiri sering sekali merasa cemas akan masa depan saya ke depan seperti apa, persaingan sekarang ini sangat membuat saya takut akan kelulusan saya untuk masuk ke kampus impian saya, “Kata Devi (19)
Kemampuan mengelola stres dan mencapai gaya hidup sehat semakin menurun di setiap generasi. Jika fenomena ini berlanjut, maka ke depannya, Gen Z akan menjadi generasi yang paling stres sepanjang sejarah.
Kondisi ini juga berkaitan dengan karakter Gen Z yang tidak memiliki batasan dengan individu lain, sehingga memungkinkan mereka mudah labil karena menerima terpaan informasi dan kondisi yang cepat berubah dan serba acak.
” Dan saya akui bahwa gaya hidup di zaman saya ini sangat lah tinggi, sehingga orang orang berlomba lomba untuk mengikuti zaman ini yang tidak ada habis nya. Tingkat kesadaran manusia juga sekarang menurun karena perkembangan zaman yang begitu pesat, ” Imbuh N.P (20) saat diwawancarai via whatsapp.
Dengan memahami pengaruh problematika di Gen Z ini, kita diharapakan dapat membantu para pemangku kepentingan untuk memberikan solusi dan perlindungan bagi Gen Z dalam menghadapi era dizital ini. Supaya anak anak di Indonesia ini tidak mengalami yang nama nya rusak mental sejak dini. Disini juga peran orang tua sangat lah penting, supaya sejak dari rumah pun sudah ada ditanamkan pemikiran yang membangun diri anak, supaya punya pemikiran yang cerdas dan inovatif.