Puluhan mahasiswa lakukan seruan aksi wujudkan pendidkan gratis, ilmiah dan demokrasi. Aksi ini di laksanakan oleh gabungan mahasiswa dari Universitas Simalungun (USI), Universitas HKBP Nomensen, dan Unversitas Efarina. Pada Kamis, (02/05/2024).
Aksi demo yang dilakukan merupakan hasil kesepakatan diskusi ringan oleh mahasiswa USI pada Sabtu, 27 April 2024 bertempat di USI. Dari hasil diskusi tersebut mahasiswa dari USI dan Nomensen sepakat untuk mengabungkan diri menjadi aliansi “agent of Change” untuk melakukan aksi pada 02 Mei yang mana pada tanggal tersebut bertepatan dengan hari pendidikan.
Aksi ini merupakan bentuk kesepakatan dan keresahan dari massa terkait minimnya pendidikan terkhusus di kota Pematangsiantar, tidak hanya di lingkup kampus melainkan di Tingkat SD, SMP, dan Tingkat SMA.
Arah tuntutan mereka langsung ke Dinas Pendidikan. Dengan membawa surat pernyataan yang sudah di tanda tangani oleh ketua Dinas Pendidikan, mereka lanjut ke kantor DPRD dan terakhir di kantor walikota.
Aksi yang di ikuti puluhan mahasiswa ini di mulai pada pukul 10.00 WIB titik kumpul fakultas ekonomi USI. Dan di pimpin oleh Mayanurtasya, salah satu mahasiswa Fakultas Hukum USI. Mereka mengawali aksi mereka dengan mengelilingi tiap fakultas sambil longmars dan memanggil teman-teman yang lain.
Dari USI mereka berjalan keliling menuju kantor walikota, namun karena gerbang nya ditutup mereka lanjut keliling menuju Dinas Pendidikan pematang siantar, kantor DPRD dan Kembali lagi ke kantor Walikota.
Orasi demi orasi di teriakkan mereka dengan tututan mendesak pemerintah agar membangun Universitas negeri, mendesak pemerintah terkait sarana prasarana di lingkup pendidikan dan mendesak pemerintah agar menciptakan sarana dan prasarana untuk literasi,kreatifitas,dan keterampilan bagi kaum miskin kota.
Aksi yang mereka lakukan menimbulkan kemacetan sekitar jalan Sutomo-Merdeka.
Pada saat di gedung DPRD mereka tidak diberikan masuk namun akhirnya bisa masuk walaupun dengan pemaksaan.
Di gedung DPRD mereka hanya masuk keruang rapat dan menyuarakan point-point yang sudah dibawa bawa serta melakukan orasi,setelah itu kami beralih ke kantor walikota.
Namun di kantor walikota mereka juga tidak di perbolehkan masuk.
“Pada kantor walikota kami sama sekali tidak diberi masuk dengan alasan Ibu walikota tidak berada di tempat. Surat sudah 3 hari yang lalu di lampirkan dan diterima. Apa kabar walikota hari ini? apakah mau buang badan?” ucap Vivin Purba.
“Gerbang kantor wali kota ditutup, mereka tidak mengijinkan kami masuk lagi krna awal nya mereka memperbolehkan kami masuk tapi hanya 5 orang,teman2 tidak mau,” tambahnya.
Karena tidak di perbolehkan masuk para massa akhirnya keluar menutup jalan raya dengan rencana akan melakukan pembakaran keranda. Namun keadaan mulai ricuh, Bahkan di kantor walikota ada 3 massa yang mendapatkan penindasan dan kekerasan .
“Badan teman kami memiliki bekas luka yang di berikan oleh pihak-pihak kepolisian,” jelas Vivin.
Tuntutan ini sudah pernah mereka lakukan sebelumnya, namun hingga saat ini mereka sama sekali belum menerima jawaban.
Reporter : Hana Seftiyanti