Seminar proposal atau yang kerap disebut sebagai Sempro adalah momen terbaik mengajak teman yang mau memberi pertanyaan kritis, bukan teman yang maunya cuma ikut selebrasi saja. Dan sempro merupakan tempat terbaik menyaring pemikiran demi kelanjutan skripsi sebab Sempro adalah momen untuk mengajukan pemikiran atas fenomena yang akan diteliti.
Sidang Sempro adalah syarat kelulusan akademik, juga merupakan forum ilmiah. Forum ilmiah itu harusnya ada pertukaran pemikiran alias diskusi. Makanya kenapa zaman sekarang sidang sempro itu boleh dihadiri oleh mahasiswa lain yang bahkan dari kalangan semester 1.
Beberapa akademisi Universitas Simalungun pun ikut buka suara atas fenomena ini.
“Menurut saya itu kebebasan mahasiswa yang intinya mereka merasa yakin sekali lulus padahal belum diumumkan secara sah, sedangkan jika dikatakan Sah maka harus Yudisium dulu sebab masih pada tahap Ujian Komprehensif saja. Sedangkan jika sudah di yudisium berarti sudah Sah tetapi kebanyakan baru seminar proposal saja sudah ada acara Bucket bunga dan selendang terlalu berlebihan,” jelas Darwin Damanik SE,M.SE Selalu Kaprodi Ekonomi Pembangunan.
“Kita hidup di Negara yang Demokrasi tinggi maka Sah-sah aja bagi mahasiswa, beda dengan dunia akademik. Bisa saja biaya yang dikeluarkan untuk membeli bucket ataupun selendang dengan gelar sarjana dapat dialokasikan untuk proses pengumpulan data serta memprint skripsi mereka nantinya,” tambahnya saat diwawancarai langsung oleh kru Samudera.
Saat sempro, mahasiswa akan mempresentasikan apa yang ingin diteliti dalam skripsinya. Biasanya di tahap Sempro, mahasiswa membuat proposal yang berisi Bab 1-3, di mana isinya ialah pembahasan dari judul penelitian, latar belakang, hingga rencana teknis saat pengambilan data ke lapangan. Nantinya rencana penelitian yang mahasiswa buat tersebut akan dievaluasi oleh dosen pembimbing dan dosen penguji.
“Menurut saya mengenai kegiatan selebrasi ini sah-sah saja tetapi tidak semua mahasiswa melakukan sempro ada beberapa orang memiliki rasa kepuasan bahwa berfikir sudah melewati Bab 1, 2 dan 3 dalam seminar proposal dengan baik melainkan akan ada perevisian seperti yang kita tahu jika telah di ACC pada awal Bab, selanjutnya ada Bab 4 dan 5 itupun tetap harus direvisi lagi,” ungkap Dian G. Purba Tambak, SE., M.Si. atau sering juga disebut dengan panggilan Pak Do.
Ada salah satu mahasiswi mengaku tidak setuju, saat diwawancarai langsung oleh kru Samudera.
“Menuju sempro itu gampang hanya buat proposal melainkan kita juga sangat perlu memaksimalkan kemampuan agar setiap revisian berjalan dengan baik dan lancar, kalau pendapat saya kapan waktu yang tepat melakukan selebrasi tersebut setelah sidang meja hijau dan itupun ada baiknya setelah selesai di yudisium,” ujarnya.
“Di Fakultas Ekonomi Universitas Simalungun jika melakukan selebrasi pantasnya pada saat Yudisium, karna jika telah diketuk palu 3 kali seperti seharusnya barulah sah mendapat gelar sarjana dan boleh melakukan selebrasi,” tambah Pak Do
Proses panjang untuk mendapat gelar harus dilalui dan diselesaikan dimulai dari mengajukan judul penelitian serta masih banyak lagi hingga pada akhirnya dapat diajukan sidang meja hijau lalu di yudisium pada aula Fakultas maka dengan itu dapat dinyatakan sah dengan proses demi proses untuk mendapatkan gelar masing-masing mahasiswa di semester akhir.
“Tidak menjadi hal buruk jika selesai ujian komprehensif melalukan hal tersebut, tetapi jangan langsung berpuas hati, hanya karna telah menyelesaikan Ujian dengan dibimbing oleh dosen-dosen serta diuji kembali,” tutur Dian yang juga Wakil Dekan III di Fakultas Ekonomi.
“Harapan saya jika berpesta ria haruslah menjaga kesehatan jangan sampai sakit karena tujuan mahasiswa menyelesai,” tutup Pak do di akhir.
Reporter: Yessi & Mentari