Kisah Hidup Dekan Fakultas Pertanian, “Darah Saya Darah Petani”

Kerjakan saja apa yang ingin dikerjakan, tulus dalam mengerjakan nya dan tidak perlu banyak khawatir.

Termotivasi dari sang ayah yang seorang petani dan ibu yang berprofesi sebagai seorang guru membuatnya berpikir mengambil jurusan di bidang pertanian dan menjadi dosen.

“Ayah saya berkerja di bidang pertanian menjadi petani beliau juga memasarkan hasil pertanian, makanya saya tertarik masuk di pertanian dan ibu saya juga seorang guru. akhirnya saya juga suka mengajar terutama mengajar anak-anak dan saya cinta sekali mengajar, itu lah awal nya kenapa saya suka di pertanian karna darah saya memang darah petani,” ungkap Roeskani Sinaga, Senin (12/02/24).

Dekan FP USI ini lahir di Pematang purba 20 juli 1985. Roeskani menempuh pendidikan di SD Negeri 091345 Pematang Purba, SMP Negeri 1 Purba, SMA Negeri 1 Raya.

Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas tahun 2004, Roeskani sudah memiliki rencana untuk menyelami dunia pertanian.

Diterima di Universitas Riau program studi Agribisnis di tahun yang sama bukan perjalanan yang termasuk mulus, tergabung dalam organisasi kemahasiswaan membuat Roeskani pernah mendapat nilai C turun dari pencapaian sebelumnya.

“Pada saat semester 1 dan 2 nilai saya bagus, tetapi masuk di semester 3 saya pernah mendapat C dengan IP 2,9 karena asik berorganisasi makanya saya tidak bisa cumlaude,” ujarnya sambil tersenyum.

Tetapi itu tidak menjadi penghalang bagi Roeskani, ia mengambil semester pendek dan menyelesaikan S1 selama 3 tahun 8 bulan.

Lalu mendaftar menjadi mahasiswa Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor (IPB) Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian selesai tahun 2011.

Pada tahun 2012 ia diterima menjadi dosen dan ditahun itu juga terjadi konflik di USI. Menjadi tak mudah bagi dosen yang masih baru dalam tekanan tersebut.

“Pada saat itu terjadi juga konflik dan karna saya termasuk dosen baru saya banyak mendapat tekanan tetapi saya masih bertahan di fakultas pertanian ini dan kembali bersatu,” ungkapnya.

Kemudian ditahun 2016 Roeskani mendapatkan beasiswa S3 dari Budi DN sebagai angkatan pertama yang dibiayai oleh LPDP.

Tahun 2020 saat terjadi wabah COVID-19, menjadi tahun terberat baginya. Saat itu lahirnya anak ke-2 dan tak berselang lama sang ayah meninggal di tahun yang sama.

“Saya pikir tidak akan selesai, ternyata selesai juga. Perjuangannya sampai harus meninggalkan anak suami, suami saya sendiri yang jaga anak saya masih berusia 1 tahun dan 7 tahun dan saya kembali ke Bogor untuk menyelesaikan disertasi saya,” ungkapnya terbatah.

Menjadi seorang dekan Roeskani selalu mendapatkan support dari sang suami yang ikut membantu nya mengurus anak dan pekerjaan.

Selama menjadi dosen dan sekarang duduk sebagai dekan Roeskani mengaku senang dan menikmati setiap prosesnya.

“Suka berhadapan dengan orang jiwa kita tambah muda karena anak-anak sekarang jauh berbeda dengan dulu, karena mahasiswa pertanian ini paling suka dengan yang namanya eksplor ya tidak monoton kita harus lebih antusias sama ide-ide mereka dan memang kita suka juga eksplore yang seperti itu semuanya menyenangkan sama mereka,” tutupnya.

Reporter: Daniel Gulo & Maysaroh Purba

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WeCreativez WhatsApp Support
Hubungi Tim Samudera, agar segera meliput!
Halo sobat Samudera....