Biaya Wisuda Tambah Seratus Ribu, Mahasiswa Harapkan Perbaikan Pengelolaan Kampus

Polemik penambahan biaya blanko ijazah, transkip dan wisuda yang sebelumnya sebesar Rp. 200.000 mendapati kesepakatan menjadi Rp. 100.000. Keputusan itu setelah dialog panjang pada aksi mahasiswa, Kamis (09/11/2023).

Satu diantara calon wisudawati, Suci Simbolon pada awal orasinya mengatakan menolak Penambahan biaya. Apalagi kata dia penambahan itu belum jelas, lain lagi ada perbedaan biaya dibeberapa fakultas.

“Kami menolak, bagaimana transparansinya, dua ratus ribu tidak sedikit dikali jumlah mahasiswa,” kata Suci.

Mahasiswa terus bertanya-tanya, apalagi ada perbedaan biaya diluar kebijakan universitas sebesar Rp. 1.300.000. Perbedaan itu mahasiswa contohkan di Fakultas KIP sebesar 650.000 untuk biaya ijazah.

Rektor USI Dr. Sarintan Efratani Damanik mengatakan kebijakan universitas menagih sebesar Rp. 1.300.000. Diluar itu merupakan kebijakan fakultas.

“Dari universitas satu juta tiga ratus, lalu penambahan dua ratus. Kalau ada perbedaan diskusi dengan pimpinan fakultas,” kata dia.

Rektor menjelaskan, kebijakan penambahan biaya terjadi lantaran jumlah calon wisudawan/i gelombang II tak sebanyak priode sebelumnya. Lebih lanjut kata dia, ada peningkatan kualitas ijazah.

Setelah berdialog panjang, mahasiswa akhirnya sepakat USI tetap menggunakan blanko ijazah yang lama. Sehingga mahasiswa hanya dibebankan biaya Rp. 100.000 agar wisuda tetap dilangsungkan pada waktu dekat.

Adanya Perbaikan Manajemen Pengelolaan USI

Wisudawan lainnya, Angga Bagus mengaku belum sepenuhnya menerima lantaran tak mendapat transparansi biaya terperinci. Apalagi kata dia ada pembayaran biaya Izajah Rp. 650.000 yang dibayarkan di fakultas diluar kebijakan universitas.

“Lain dari Rp. 1.300.000 di universitas ada lagi Rp. 650.000 di fakultas untuk ijazah, itu ke mana?” tanya Angga.

Menyoal adanya tambahan biaya wisuda diluar kebijakan rektorat. Dia bilang rektor mesti memastikan sehingga menjalankan satu kebijakan.

Lebih lantut dia berharap adanya perbaikan manajemen pengelolaan di kampus. Hal itu  lantaran pungutan-pungutan masih menjadi kesan yang ditinggalkan di USI.

“Dari atas ke bawah, jangan ada kutipan lain. Tegak lurus, uang ini sensitif,” ujar dia.

Reporter: Abed Nego Saragih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WeCreativez WhatsApp Support
Hubungi Tim Samudera, agar segera meliput!
Halo sobat Samudera....