Museum Simalungun adalah museum tertua di Sumatera Utara yang dibangun oleh Raja Marpitu Simalungun pada tanggal 10 april 1939. Umurnya kini sudah menginjak angka 84 tahun.
Museum Simalungun setiap hari Senin hingga Sabtu. Dimulai pukul 08.00 – 17.00 WIB pengunjung bisa melihat lihat peninggalan sejarah.
Selama setahun membangun museum ini, semua barang-barang yang ada di dalamnya merupakan delapan artefak cagar budaya yang ada di Kerajaan Simalungun yang kemudian dikumpulkan di sini.
Maksud untuk membangun museum ini adalah agar cagar budaya itu tidak hilang ditelan zaman.
Sampai sekarang kita bangga atas kesepakatan mereka dulu untuk membangun museum ini dan mengumpulkan barang barang cagar budaya yang jumlahnya sebanyak 865 jenis.
Biasa pengunjung yang datang ke museum Simalungun. Museum awal dibangun atas bantu Belanda sehingga banyak orang luar negeri yang datang berkunjung, akan tetapi setelah tahun 2000 karna banyaknya terorisme yang datang ke Indonesia, dan keamanan yang belum terjamin dari pemerintah maka keluar lah traveling warning dari Eropa untuk tidak datang ke Indonesia karena banyak teroris yang mengakibatkan pengunjung Museum menjadi berkurang.
“Pada Tahun 2000 terjadi terorisme di Indonesia yang sampai sekarang belum ada jaminan keamanan dari pemerintah, sementara kalau turis datang dari luar negeri kan harus terjamin keamanan nya, namun sampai saat ini belum ada tindakan dan sampai sekarang belum di cabut peraturan nya sehingga berkuranglah pengunjung,” jelas Drs. Djomen Purba selaku pengurus Museum Simalungun.
Ditambah lagi pada tahun 2020 terjadi Covid-19 dan ada perintah dari presiden untuk melakukan pembatasan sosial yang menyebabkan masyarakat Indonesia tidak di perbolehkan keluar dan anak sekolah yang belajar daring hingga tahun 2022.
Hingga kini museum tidak pengunjung, hingga tahun 2023 sekolah dibuka petugas Museum Simalungun pun memberikan surat kepada Dinas Pendidikan agar kepala sekolah datang membawa murid-muridnya ke Museum Simalungun wajib setidaknya 2 minggu sekali.
Dari bulan Januari anak anak sekolah sudah mulai datang berkunjung walaupun belum terlalu ramai.
“Untuk Masyarakat umum sendiri belum ada yang berkunjung mungkin karena kurang nya kesadaran mereka terhadap budaya,” ucap Drs. Djomen Purba.
“Pengunjung kadang ramai kadang sepi,ramainya ketika siswa dari sekolah Siantar dan Simalungun diwajibkan datang berkunjung ke museum seminggu sekali atau dua kali, kalo dari masyarakat umum kurang peminatnya, juga turis asing kadang ada datang berkunjung,” tutup Micsel Anelin Sidauruk salah satu anak magang di Museum Simalungun ketika ditanya tentang peminat museum.
Reporter : Yuda & Hana