Setelah melewati 2 bulan Tahun 2023, potensi resesi global masih kerap dibicarakan setelah Data Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memprediksi sepertiga negara dunia akan terjerumus kepada resesi ekonomi pada Tahun 2023.
Resesi ekonomi ditandai dengan menurunnya Produk Domestik Bruto (PDB), meningkatnya pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan tren negatif terus-menerus.
Darwin Damanik, SE, MSE Kepala Program Studi (Kaprodi) Ekonomi Pembangunan FE USI mengatakan, bahwa Indonesia tidak berpotensi ikut terdampak resesi ekonomi Tahun 2023.
Dijelaskannya, Resesi Ekonomi Global saat ini terjadi dikarena dua hal utama, yaitu Pandemi Covid 19 dan Perang Rusia – Ukraina. Indonesia sudah terlebih dahulu mengalami resesi sejak tahun 2020 yang lalu sewaktu wabah Covid 19 masih melanda, tepatnya di Kuartal kedua (Q2) sampai dengan Kuartal pertama (Q1) 2021.
“Resesi ekonomi dapat dilihat dari PDB yang mengalami penurunan tajam, atau dapat juga dilihat dari besarnya pertumbuhan ekonomi. Jadi, kalau pertumbuhan ekonomi suatu negara itu dikatakan turun sampai negatif dan berlangsung terus-menerus, seperti halnya Indonesia pada kuartal pertama (Q1) tahun 2020 sampai dengan kuartal pertama (Q1) tahun 2021 dimana pertumbuhan ekonomi kita negatif sampai level 5% an terendah yang berlangsung secara 4 kuartal berturut-turut,” ujar Dosen ekonomi pembangunan ini.
Meski demikian, diawal Tahun 2023 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap kuat pada kisaran 4% sampai 5%, hal ini menunjukkan tren pertumbuhan ekonomi yang positif sehingga Indonesia tidak terlalu berpengaruh resesi Ekonomi.
“Data indikator makro ekonomi Indonesia sudah cukup baik atau pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai bergairah kembali dan mulai positif lagi sejak tahun 2021 sampai saat ini, jadi bisa dikatakan di awal tahun 2023 ini Indonesia tidak terlalu berpengaruh resesi global, ini yang terjadi resesi global, Jadi negara tertentu mengalami resesi global,” ujarnya ketika ditemui di Fakultas Ekonomi.
Banyak pihak khawatir resesi ekonomi 2023 berefek pada Indonesia. Hal ini karenakan tidak terpenuhinya kebutuhan pangan dan energi, karena kita masih tergantung dari produk luar negeri.
Kendati resesi global tidak berdampak besar bagi Indonesia, banyak perusahaan sudah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan nya, selain itu beberapa harga bahan pangan menunjukkan kenaikan.
Menurutnya, hal tersebut patut diwaspadai karena merupakan ciri-ciri negara akan mengalami resesi.
“Indonesia harus siap menyediakan cadangan stok pangan, kalau tidak, kita akan ikut mengalami resesi. Perlu diketahui rata-rata negara Eropa seperti Inggris, masyarakatnya sudah sulit sekali membeli pangan dan energi, hal itu karena dampak Perang Rusia-Ukraina, akibatnya Rusia tidak lagi menjual pangan dan energi ke Eropa,” ucap Darwin.
“Contoh sederhana mengalami resesi di masyarakat adalah harga pangan yang meningkat seperti beras, minyak goreng, dan produk pangan lainnya sehingga daya beli masyarakat melemah, kemudian perusahaan di Indonesia melakukan PHK besar-besaran, hal itu karena perusahaan tersebut kesulitan melakukan penjualan keluar sehingga mengurangi produksi.”
Sementara di Kota Pematang Siantar, menurutnya tidak terpengaruh secara Nasional, sebab Kota Siantar dapat menyediakan pangan karena sektor pertanian masih cukup tersedia dari daerah di sekitarnya.
Tak sampai disitu, dalam menghadapi pemilu 2024 menjadi faktor lain yang cukup diwaspadai mempengaruhi ekonomi Indonesia kedepannya.
“Untuk saat ini potensinya sangat kecil untuk resesi, tergantung nanti persiapan kita untuk menghadapi pemilu, anggaran pemerintah banyak tersedot atau mungkin kaitannya dengan sosial politik dan hukum iniah yang patut diwaspadai” katanya lagi.
Cara menyikapi kabar resesi ekonomi, ia berpendapat masyarakat perlu menyiapkan diri untuk menghadapi resesi global
Pertama, Belanja dengan bijak, masyarakat harus prioritaskan kebutuhan primer, jangan membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan, hal ini berguna agar keuangan sanggup melawan resesi.
Kedua, lakukan investasi. Investasi yang benar-benar bermanfaat, cobalah investasi yang stabil dan tidak mengeluarkan biaya dalam pemeliharaannya seperti emas dan tanah karena harganya terus naik.
Ketiga, kurangi membeli barang-barang dari luar Negeri, konsumsilah produk lokal.
“Penguatan produk lokal agar masyarakat mau membeli, jangan sampai produk luar negeri itu kita beli karena lebih bagus,” pungkasnya.
Reporter: Putri Cindy & Dony Damara Parinduri